Pengalaman Pertama Vaksinasi Covid-19. Apakah Aman? Seputar Fakta dan Hoax Tentang Vaksin Sinovac.

Holla…

Tahun baru 2021 terasa belum begitu berbeda dari 2020. Pandemi masih ada. Dan kita belum bisa hidup “normal” seperti sebelumnya.

Desember 2019, pertama kali diumumkan adanya wabah penyakit Corona virus baru (yang sekarang disebut Covid-19) di Wuhan, China. Wabah yang dalam beberapa bulan menyebar melintasi benua hingga sampai saat ini menjadi pandemi yang membuat kesedihan bagi semua orang di dunia, tanpa terkecuali.

Covid-19 merupakan penyakit yang sangat menular yang dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut bahkan dapat menyebabkan kematian. Agen infeksi dari entitas penyakit ini disebabkan oleh betacoronavirus baru, Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Hari demi hari, pandemi ini semakin memburuk. Angka kasus terus naik dan jumlah penderita terinfeksi yang mengalami kematian juga meningkat. Tidak hanya di Indonesia, tapi hal ini juga dirasakan di seluruh belahan dunia.

Pemerintah bersama dengan para ahli di seluruh dunia tentu tidak diam saja dan berusaha mencari jalan keluar dari pandemi Covid-19 ini. Selama tahun 2020 mungkin kita sering mendengar banyak nama obat yang diseret yang digadang-gadangkan dapat membantu terapi pasien dengan Covid-19. Namun belum ditemukan obat spesifik. Studi mengenai antivirus spesifik untuk penyakit Covid-19 terus dikembangkan, sementara itu upaya pencegahan melalui vaksinasi juga gencar diteliti oleh negara-negara di dunia.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita bahas dulu beberapa hal basic dari topik kali ini.

Sebenarnya apa itu vaksin?

Vaksin merupakan suatu produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Lalu, apa itu vaksinasi?

Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya dengan pemberian vaksin.

Apakah vaksin itu obat?

Vaksin bukanlah obat, vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik tubuh agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat. Selama belum ada obat yang defenitif untuk COVID-19, maka vaksin COVID-19 yang aman dan efektif serta perilaku 3M (memakasi masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak) adalah upaya perlindungan yang bisa kita lakukan agar terhindar dari penyakit COVID-19.

Baca juga: Mengenal Imunisasi Dasar Anak dan Jadwal Imunisasi IDAI Terbaru!

Berita baik mengenai perkembangan studi mengenai vaksin Covid-19 terus bermunculan. Meski berbagai kontroversi mewarnai persiapan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, namun pandemi tetap tidak bisa ditoleransi. Waktu adalah emas. Semakin cepat memutus rantai penyebaran tentu diharapkan akan membuahkan hasil yang lebih baik.

Hingga pada tanggal 1 Januari 2021, aku mendapatkan SMS blast dari PEDULICOVID bahwa aku merupakan calon penerima vaksin Covid-19 tahap 1. Selanjutnya, aku diarahkan pada website dan aplikasi PeduliLindungi untuk mengecek kembali apakah nama dan NIK ku terdaftar di sistem. Dan ternyata, terdaftar!.

SMS Blast Pemberitahuan Calon Penerima Vaksin

Selanjutnya pada tanggal 13 Januri 2021, aku kembali mendapatkan SMS blast dari 1199 terkait pemberitahuan untuk melakukan registrasi ulang di website atau aplikasi PeduliLindungi. Nanti akan diarahkan untuk mengisi kuisioner terlebih dahulu untuk pre-screening secara online.

Setelah selesai registrasi ulang selesai, aku dapat memilih jadwal dan lokasi vaksinasi yang tersedia. Setelah selesai proses tersebut, maka tiket vaksinasi akan muncul dan dapat digunakan untuk mendaftar di posko vaksinasi.

Sebelum vaksinasi, aku memastikan keadaan tubuh dalam keadaan sehat dan bugar.

Untuk saat ini (hingga artikel ini dibuat), Rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengenai vaksinasi Covid-19 menyatakan bahwa kriteria orang yang boleh divaksin adalah dewasa sehat usia 18 hingga 59 tahun.

Bagaimana dengan kelompok anak-anak, lansia, orang punya penyakit komorbid dan yang tidak masuk kriteria divaksin lainnya?

Boleh atau tidak dan kapan jadwal vaksinasi, hal tersebut masih menunggu perkembangan studi mengenai uji keamanan vaksin Covid-19 pada kelompok tersebut.

Lanjut cerita lagi yaa…

Singkat cerita aku mengambil waktu vaksinasi 14 Januari 2021 di sesi 1 yaitu pukul 8 pagi. Meski banyak kontroversi mengenai vaksinasi, merk vaksin, dan banyak hal mengenai Covid-19 ini. Namun berbekal textbook, jurnal, presentasi ilmiah, webinar oleh para pakar, dan diskusi dengan guru-guruku, aku optimis dengan vaksinasi ini.

Satu lagi karena pengalaman vaksinasi waktu kecil, vaksinasi Hepatitis dan influenza tahun lalu yang menurutku sangat banyak manfaatnya hehe.

Di hari H, ternyata banyak teman-temanku yang juga optimis dengan vaksin ini.

Baca juga: Bahayakah TBC itu? Mari Mengenal Penyakit TBC dan Fakta-Faktanya

Tahap pertama aku menuju meja pendaftaran dan memperlihatkan tiket vaksin serta KTP. Bagian administrasi akan mengecek namaku di list calon penerima vaksin.

Selanjutnya, aku menuju meja screening. Di sini akan diperiksa keadaan umum kita, tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan suhu. Serta kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan screening oleh dokter yang memeriksa. Kebetulan yang memeriksaku adalah Dokter senior Penyakit Dalam sekaligus guruku juga. Beliau dibantu oleh para perawat senior dalam screening ini. Jadi screening nya benar-benar dilakukan dengan baik ya, bukan asal-asalan, jadi tidak usah cemas untuk hal ini. Di sini juga menentukan apakah kita bisa ikut vaksinasi atau tidak. Ada yang gugur difase ini? Ada dong. Pejabat, dokter spesialis bahkan ada yang tidak bisa lanjut vaksinasi karena tidak lolos screening. Jadi di sini benar-benar objektif ya penilaiannya.

Screening Sebelum Vaksinasi

Lembar Kuesioner Screening

Selanjutnya aku menuju ruangan vaksinasi. Setelah dapat giliran, aku duduk di kursi dan menyiapkan lengan kiri atas untuk disuntik. Di tahap ini, tim yang melakukan penyuntikan vaksin sebelumnya sudah dilatih dan bersertifikasi. Sebelum penyuntikan juga sudah dipastikan bahwa yang disuntikkan ke kita itu beneran vaksin ya.

Ruang Tunggu Vaksinasi
Saat Proses Penyuntikan Vaksin

FYI, untuk tahap 1 vaksinasi di seluruh Indonesia semua menggunakan Vaksin Merk Sinovac. Merk ini sudah mendapat izin oleh BPOM dan label halal dari MUI. Untuk vaksinasi tahap 1 ini, baru tersedia merk Sinovac. Dan ini semuanya gratis!. Tidak ada perbedaan merk antara vaksin yang didapat pejabat dan kita, apalagi vaksinnya diganti vitamin C. Kalau suntik vitamin C di lengan auto sakit dan para teriak mungkin ya karena sakitnya hehe.

Botol Vaksin Sinovac

Well, yang hoax-hoax jangan dipercaya apalagi disebarkan ya. Be smart, and be logic ya guys!.

Okay, setelah divaksinasi, aku menuju ruang monitoring. Di sana kita wajib istirahat selama 30 menit untuk pemantauan efek samping jangka pendek vaksin.

Apa efek yang dirasakan saat dan setelah vaksinasi?

Saat disuntikkan vaksin, aku tidak merasa terlalu nyeri, karena ukuran jarum yang digunakan memang yang sesuai untuk vaksin. Namun setelah 2 menit penyuntikan, lengan atas terasa sedikit pegal. Hal ini wajar karena ada cairan yang dimasukin ke otot lengan atas, malah aneh kalo ga ada rasa sama sekali.

Setelah divaksinasi, aku tidak merasakan adanya efek samping berlebihan. Tidak ada timbul demam, nyeri berlebihan, kelumpuhan, rambut rontok, dan sampai aku menulis artikel ini berarti aku hidup seperti manusia biasa ya teman-teman hehe. Well, hoax yang beredar bahwa vaksin ini dapat menyebabkan kelumpuhan, merubah orang jadi titan, bahkan agenda genosida sampai saat ini belum terbukti ya.

Setelah vaksinasi, botol bekas vaksin kita akan diberikan ke kita ya. Jadi kita bisa pastikan lagi kalau yang disuntikkan ke kita itu beneran vaksin Covid-19 bukan placebo, bukan air larutan saline, ataupun vitamin C.

Di akhir, setelah istirahat selama 30 menit, panitia akan memberikan kartu vaksinasi sebagai bukti fisik kita sudah divaksinasi. Ini bukan hal baru sih, saat aku mendapatkan vaksin influenza dan hepatitis juga dapat kartu vaksinasi yang ditempel label vaksin dari botol vaksin bekas kita sendiri.

Aku juga langsung cek di akunku di PeduliLindungi, ternyata juga sudah ada sertifikat vaksin online. Jadi kita dapat bukti fisik dan juga sertifikat online bahwa sudah dilakukan vaksinasi.

Apakah sudah selesai?

Belum. Masih ada jadwal vaksinasi dosis kedua 14 hari lagi. Setelah itu, barulah vaksinasi Covid-19ku lengkap.

Apakah selesai sampai di sana?

Sayangnya, belum selesai sampai di sana. Secara teori, antibodi akan terbentuk setelah 14 hari dan akan terus berlanjut hingga waktu setelahnya. Vaksinnya ampuh untuk berapa lama? kita masih menunggu perkembangan studi lebih lanjut ya.

Apakah vaksinasi dapat 100% membuat kita kebal Covid-19?

Jangan terlalu naif, kita bukan Tuhan, ataupun manusia super power seperti yang ada di Film Avengers. Vaksin apapun belum ada yang bisa menjamin dapat melindungi kita secara 100%. Perilaku hidup sehat, menjaga diri dan tetap menerapkan 3M masih perlu dilakukan.

Naah, dari penjelasan di atas, apakah sudah ada sedikit gambaran tentang vaksinasi?

Next aku akan cerita lagi tentang vaksinasi keduaku dan apa efek yang aku rasakan.

Baca juga: Cerita Pengalaman Vaksinasi Covid-19 Kedua, Sudah terbentuk Antibodi?

Well, semoga informasi di atas dapat membantu.

Stay safe everyone!

9 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Selamat kak sudah jadi bagian yang menerima vaksin. Wah jadi iri sebetulnya, tapi memang harus bersabar dan tetap mematuhi protokol kesehatan ya.
    Terima kasih juga sudah cerita tentang proses dari awal hingga setelah vaksin ini. Banyak yang masih belum tahu tentang cara kerja vaksin dan efektifitasnya. Semoga dengan adanya vaksin ini bisa membantu meredakan pandemi Covid-19 yang sudah berjalan lebih dari satu tahun ini.

  2. wah Selamat ya mbak sudah di vaksin
    nakes termasuk kelompok prioritas ya mbak…makasih juga sudah berbagi pengalaman di tulisan ini..
    banyak hoax seputar vaksin soalny

  3. Waah akhirnya sudah di vaksin ya mbak…saya jadi tahu gambaran tentang vaksin ini dan bagaimana prosesnya hingga bisa benar2 divaksin. Sebuah pengalaman berharga tentunya. Memang dengan divaksin pun tidaj menjamin apakah seseorang ini kebal terhadap virus covid-19 ya mbak. Yang jelas dengan divaksin dapat mematahkan pendapat sebagian orang yang beranggapan bahwa vaksin sinovac ini efeknya sangat buruk…tetapi malah sebaliknya ya mbak. TFS.

  4. Banyak info hoaks memang di luar sana yang membuat masyarakat jadi ragu melakukan vaksinasi Covid-19. Semoga tulisan Mbak Mutiara ini bisa menenangkan karena berdasarkan pengalaman pribadi. Kalau sekadar efek lengan pegal beberapa jam setelahnya wajar ya karena saya pun pernah mengalami ini saat melakukan vaksinansi Meningitis.
    Terima kasih sharing pengalamannya, Mbak.

  5. Senengnyaaaa kalo ada nakes yang suka menulis secara populer gini. Asliiiik. Kalo dijelasin pake bahasa kedokteran kan orang awam sepertiku malah mumet ??. Aku nunggu episode berikutnya, Mbak. Termasuk yang terjadi di rentang waktu 14 hari dari vaksinasi 1 ke vaksinasi 2.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *