Mengenal Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD), Apakah Berbahaya?

Holla…

Pernah liat orang super bersih?. Ada kotoran dikit di bajunya langsung panik? Atau pernah liat orang rapinya kebangetan, sampe tiap nyusun barang rapi, teratur dan jaraknya sesuai?.

Pernah?

Waah, nih orang OCD nih!

Mungkin kalian pernah dengar suatu gangguan yang dinamai OCD. Tapi apa benar kebiasaan di atas sudah pasti termasuk OCD?

Yuk, kita bahas.

Apa itu OCD?

Obsessive-compulsive disorder atau yang biasa disingkat OCD, merupakan suatu yang ditandai dengan pikiran obsesif yang mengganggu dan / atau tindakan fisik atau mental kompulsif yang berulang. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide, sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan sesuatu (kompulsif).

Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide atau bayangan mental yang mendesak ke dalam pikiran secara berulang. Sedangkan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Seringnya, suatu pikiran obsesif bakal mengakibatkan suatu tindakan kompulsif.

Jadi, obsesi mengarah pada hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak diinginkan, pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun mengganggu alam sadar mereka. Sedangkan kompulsi merupakan perilaku yang dilakukan berulang, baik yang dapat diamati ataupun secara mental, yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi.

Udah ngerti kan definisinya?

Banyak ga sih orang yang mengalami OCD?

Secara studi epidemiologi, OCD dialami oleh 2% sampai 3% masyarakat umum pada suatu waktu dalam kehidupan mereka. OCD juga terjadi 1-2% pada anak dan remaja. Naah, jadi kira-kira, OCD ini ada pada 2 orang dalam 100 orang di sekitar kita.

OCD ini bisa terjadi pada pria dan wanita ya. Dan angka kejadiannya, sama pada wanita dan pria dewasa. Kalau pada anak-anak, menurut studi, lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.

Apa yang menyebabkan terjadinya OCD?

Salah satu hal yang paling dasar adalah genetik. Jadi, seseorang yang memiliki OCD bisa menurunkan ke keturunannya juga. Tapi tidak 100% akan muncul dan tingkat keparahannya tidak akan sama, karena masih banyak hal yang memengaruhi. Selain itu faktor biologis pada tubuh juga memengaruhi, seperti sistem neurotransmitter dan neuroimonulogi. Faktor psikososial dan faktor perilaku juga memengaruhi terjadinya OCD ini.

Bagaimana tampilan gejala OCD?

Sebelumnya, mari kita bedakan dulu tampilan obsesi dan kompulsi. Di tabel berikut, dapat dilihat apa-apa saja gejala yang terjadi pada pasien OCD.

Perilaku OCD, dapat terjadi hanya obsesi saja, kompulsi saja, ataupun keduanya.

Bagaimana menentukan seseorang mengalami OCD atau tidak?

Naah, ini nih yang penting banget dan selalu aku ingatkan di setiap postingan kesehatan yang aku tulis. Jangan self-diagnose ya!

Orang yang suka kerapian, belum tentu itu OCD. 

Orang yang suka kebersihan, belum tentu juga itu OCD.

Perlu dipahami makna obsesi dan kompulsi (seperti yang sudah dijelaskan di atas)

Penting sekali untuk memahami apa yang terjadi pada diri kita. Jika terasa ada yang salah, atau ada yang emngganggu, sebaiknya segera konsultasikan pada orang yang lebih paham. Pada kasus ini, temuilah ahli Psikiatri untuk berkonsultasi. Dan akan dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Jika seseorang terdiagnosis OCD, maka Dokter Spesialis Kejiwaan (Psikiater) akan melakukan beberapa terapi dalam rangka mengobati gejala OCD.

Terapi tersebut bisa dalam bentuk psikoterapi (terapi konseling, perilaku, dan behavioral) dan psikofarmaka (menggunakan obat-obatan).

Naah, sejauh ini sudah paham mengenai OCD?

Sebenarnya OCD itu berbahaya atau tidak?

OCD dapat bersifat membahayakan dan bisa juga tidak. Hal ini dipengaruhi oleh tipe gejala yang muncul. Jika gejala memberat dan berdampak pada timbulnya depresi, maka OCD ini dapat menjadi sesuatu yang harus diwaspadai. Beberapa gejala kecemasan yang berat pada pasien OCD juga perlu diwaspadai.

Jika pasien OCD segera didiagnosis dan menerima terapi dari psikiater, tentu hasilnya akan semakin baik. Dan diharapkan pasien OCD dapat menjalani hidupnya dengan lebih nyaman.

 

Well, itu dia penjelasan mengenai OCD. Semoga bermanfaat ya….

 

Baca juga:

Ubah 5 Perilaku Kurang Baik Berikut! Hal – Hal Kecil yang Mengganggu Orang lain

 

15 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Ternyata seperti itu ya gangguan OCD. Makasih pencerahannya, Mbak. Iya kita jg gak bisa main judge aja sama orang bahwa dia mengidap OCD hanya dari melihat perilakunya sekilas. Gak boleh self diagnose juga ya…

  2. Kadang habis baca tanda2 sesuatu lalu cek sma diri sendiri. Apakah aku juga masuk kategori itu
    Hingga akhirnya sesuatu yg ga ada jadi di ada-adakan. hehee. Eh nggak bleh mendiagnosa diri sendiri maksudnya
    OCD seperti di atas tentu ada saja mbak. Pokok ga berlebihan why not kan ya
    BTW Mkasih sharingnya mba

  3. Saya malah baru tahu istilah OCD ini. Kalau dilihat dari gejala atau ciri-cirinya sih di lingkungan saya kayaknya nggak ada yang idap penyakit ini..

    Apapun yang berlebihan memang jatuhnya jadi kurang baik ya termasuk kalau terlalu berlebihan dalam kebersihan gitu

  4. OCD ini seperti Ji Sun Woo di The World of the Married ya?
    orangnya rapi, bersih pake banget, kayaknya semua harus perfect ya Bu Dokter itu.
    kalau di dunia nyata sih pernah lihat teman, yang kemana-mana gak pernah ketinggalan tissue basah dan selalu bersih-bersih, tapi ntah sih itu udah masuk OCD atau gimana ya? 😀

  5. Catatan pentingnya, jangan self-doagnose, apalagi kalau hanya dari membaca saja atau merasa diri saja. Sebab butuh pemeriksaan mendalam dari psikiater soal OCD ini.

    Ah ya, apakah Psikolog juga bisa dilibatkan dalam diagnosa? Atau memang hanya dokter spesialis penyakit mental saja? Sebab jalur pendidikannya berbeda tapi ilmu dari kedua profesi ini beririsan.

    1. Mungkin lebih tepatnya bukan dokter spesialis penyakit mental, namun psikiater atau Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Seorang psikiater bisa mendiagnosa hingga memberikan terapi kepada pasien secara holistik/menyeluruh. Psikiater ini, awalnya sekolah kedokteran umum dulu, lalu sekolah lagi mengambil spesialis kedokteran jiwa.
      Kalau psikolog merupakan lulusan psikologi lanjut mengambil profesi psikolog. Ada batasan tentunya untuk psikolog dan kesesuaian bidangnya.

    2. Mungkin lebih tepatnya bukan dokter spesialis penyakit mental, namun psikiater atau Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Seorang psikiater bisa mendiagnosa hingga memberikan terapi kepada pasien secara holistik/menyeluruh. Psikiater ini, awalnya sekolah kedokteran umum dulu, lalu sekolah lagi mengambil spesialis kedokteran jiwa.
      Kalau psikolog merupakan lulusan psikologi lanjut mengambil profesi psikolog. Ada batasan tentunya untuk psikolog dan disesuaikan juga dengan bidangnya.

  6. pengetahuan baru banget buat aku
    orang tuh suka nyebut OCD-OCD ternyata masih suka-suka definisinya
    padahal kayak di artikel ini, diagnosisnya kuud tegak baru bisa bilang OCD

  7. Psikiater Jiemi Ardian saja bilang kalau OCD ini berat, jadi memang bukan hanya sekadar berkali2 nutup pintu atau cuci tangan saja bisa dinamakan OCD. Perlu diagnosis dan penanganan yang tepat untuk ocd ini tentunya

  8. Aku pertama kali tahu tentang OCD itu dari salah satu novel Sidney Sheldon. Tell Me Your Dreams.
    Setuju, jangan self-diagnose. Semoga yang bener2 OCD juga dapat penanganan yang tepat oleh ahlinya ya.

  9. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak bagus ya, Mbak Mutia. Termasuk OCD ini. Soalnya ini malah akan menyiksa orang itu sendiri. Misalnya karena terlalu bersih , maka takut dan parno berada di mana saja. Tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
    Jadi bagusnya, bantuan dari orang terdekat untuk mengatasi orang OCD ini.

  10. Aku langsung ingat sama serial televisi tentang Detektif Aadrian Monk, Kak. OCD yang clean freak beneran tuh sampai berjuang setiap hari menyelesaikan perkara. Asyik sih filmnya seru, jadi paham soal OCD gini. Memang bener, suka bersih belum tentu OCD yang penting dikonsultasikan kalau tingkatnya udah ekstrem.

  11. Intinya sih yang berlebihan nggak oke lah ya. Suka kebersihan boleh-boleh saja, suka kerapian juga bagus.. tapi kalau sudah berlebihan itu yang bahaya.. apalagi kalau sampai bikin orang lain merasa terganggu ya…

  12. Aku punya saudara yang sangat protektif terhadap kesehatan diri dan orang sekitarnya. Dia merang minum atau makan ini itu. Pagi hari menyuruh mandi air hangat dengan alasan kesehatan. Ia juga memaksakan konsep sehat kepada semua orang yang dekat dengannya. Padahal, yang aku lihat justru pola hidup dia malah seperti memperlakukan keluarga seperti orang sakit. Kondisi kesehatannya dan keluarganya juga justru malah jauh lebih sering sakit daripada orang lain.

    Tapi entahlah.
    Kira2 prilaku saudaraku itu kenapa ya?

  13. Jadi yg sifatnya terlalu berlebihan itu nggak bagus ya. Terlalu bersikap rapi, terlalu menjaga kebersihan sehingga nggak nyaman kalo ada kotoran sedikit. Terima kasih utk infonya

Tinggalkan Balasan ke Marita Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.