Mari Mengenal DBD (Demam Berdarah Dengue)

Holla…

Teman-teman, aku mau berbagi sedikit pengalaman nih. Jadi, kemarin aku lagi jaga IGD. Naah, tiba-tiba ada seorang ibu datang membawa anak gadisnya ke IGD. Dari pengakuan sang ibu, anaknya mengalami demam panas sejak 2 hari. Demamnya tinggi dan hanya turun sedikit saat diberi obat penurun panas, lalu demamnya kembali tinggi. Awalnya si anak hanya istirahat di rumah dan ga dibawa ke rumah sakit, pas hari itu anaknya mulai mimisan. Sang ibu cemas dan langsung membawa anaknya ke IGD rumah sakit.

Setelah dilakukan pemeriksaan, anaknya didiagnosis DHF atau Dengue hemorrhagic fever, alias Demam Berdarah Dengue (DBD). Sang ibu lalu menceritakan bahwa t6 orang etangganya juga sedang terkena DBD dan dirawat di rumah sakit.

Waduuh, kayaknya udah musim DBD lagi ya?

Harus hati-hati nih.

Di postingan kali ini, aku mau berbagi ke teman-teman semuanya mengenai Demam Berdarah Dengue atau yang sering disingkat DBD. Untuk postingan ini, aku mengambil referensi dari textbook, jurnal, serta guidelines mengenai penyakit DBD. Tujuan aku bikin artikel ini adalah untuk berbagi informasi yang benar dan valid untuk readers blog ini. Dan buat kalian yang baca, tolong baca dengan baik, pahami, lalu boleh dicari referensi lain yang terbaru juga. Karena ilmu kedokteran terus berkembang dan ada pembaruan ya.

Jangan ikut-ikutan nyebar informasi yang belum jelas kebenarannya lewat Grup WA atau grup lainnya. Ayo bantu meningkatkan kemampuan literasi masyarakat kita dengan tidak menyebar informasi hoax.

baca juga : Mengenal Apendisitis Akut “Radang Usus Buntu Akut”

Well,

Demam Berdarah Dengue, atau yang sering disingkat DBD, dalam bahasa inggris DHF atau Dengue hemorrhagic fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi, yang disertai ruam, leukopenia (penurunan jumlah leukosit), trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), limfadenopati, dan diatesis hemoragik. Pada  DBD, terjadi perembesan plasma tubuh yang disertai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Untuk tingkat yang lebih parah, DBD dapat menyebabkan syok (kondisi Dengue Shock Syndrome / DSS).

Demam ini disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus DBD ini berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina. Biasanya pada tempat yang berisi air jernih seperti bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya.

Gejala klinis yang sering muncul pada DBD adalah demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. Normalnya untuk dewasa, dikatakan demam adalah saat suhu badan di atas 37,5 derajat Celcius saat dilakukan pengukuran suhu dengan termometer di bawah lidah.

Jika sudah mengalami demam seperti di atas, sebaiknya segera ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

Pada DBD, beberapa gejala lain juga dapat muncul. Munculnya gejala ini berhubungan dengan derajat keparahan penyakit yang sedang terjadi.

Gejala lain seperti ruam kemerahan di kulit, mimisan, perdarahan gusi dapat terjadi pada DBD derajat II. Gejala lebih berat dapat terjadi saat dimulainya kegagalan sirkulasi, ditandai dengan tekanan darah menurun, nadi awalnya cepat lama-kelamaan melambat, ujung-ujung kaki dan tangan mulai dingin dan pucat, bibir pucat hingga kebiruan. Pada anak, biasanya ditandai dengan anak yang mulai gelisah. Pada tahap ini sudah mulai memasuki fase syok. Keadaan ini harus segera ditangani dan segeralah bawa ke rumah sakit sebelum terjadi perburukan.

Pada orang yang terkena DBD, selain pengobatan yang diberikan dokter, biasanya dokter akan menyarankan untuk banyak meminum air putih.

Yup! air putih sangat penting untuk mengganti cairan tubuh kita yang hilang akibat ulah si virus Dengue di dalam tubuh. Air putih akan mengembalikan keseimbangan cairan di dalam tubuh selama proses penyembuhan penyakit.

Bisa ga sih kita ga kena DBD?

Yup! Tentu bisa!

Pertama dan utama sekali, marilah kita tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan sehat dan bergizi, olahraga yang teratur serta pola hidup sehat. Klise? engga kok.

Memang begitulah kenyataannya.

Tubuh yang sehat, memiliki kekebalan yang bagus terhadap penyakit. Salah satunya untuk melawan serangan virus, termasuk virus Dengue.

Selanjutnya, hiduplah dengan bersih!

Jangan biarkan air tergenang dan kuras selalu bak mandi, agar terhindar dari kemungkinan tempat perkembangbiakan nyamuk yang menjadi vektor Virus Dengue.

Menggunakan semprotan nyamuk, tidak menumpuk pakaian kotor juga dapat mengurangi jumlah nyamuk di rumah.

Well, tidak sulit kan?

Semoga artikel ini bermanfaat yaa bagi readers semua 🙂

 

21 Komentar Tambahkan milikmu
  1. Di wilayah RW ku setiap jumat sampai ada pemeriksaan jentik-jentik secara rutin untuk mencegah terjadinya Demam Berdarah. Jadi ingat dulu eyang kakung meninggal juga karena Demam Berdarah. Karena usia sudah sepuh, daya tahan tubuh beliau susah kembali normal.. sedih sekali rasanya. Beliau dijuluki Sunan Kalijaga karena setiap pagi selalu rajin membersihkan sungai di dekat rumah. Sekarang sepeninggalan eyang, sungai tersebut jadi sangat kotor karena tak ada yang membersihkan lagi.

    Memang dibutuhkan setidaknya satu orang yang mau aware pada lingkungan ya biar penyakit-penyakit seperti DBD bisa dicegah.

  2. Sungguh sangat berbahaya apabila terkena penyakit DBD, karena DBD tidak mengenal usia. Namun siapa sangka DBD malah yg membuat kita sakit karena lingkungan juga kotor dan pola hidup yg tidak tentu juga

  3. Di daerah kami juga kemaren sedang maraknya dbd mbak. Lalu dilakukan fogging oleh puskesmas terdekat. Btw, makasih ya sudah mengenalkan ku ke gejala dbd ini. Yang awalnya tidak terlalu tau.

  4. JMaaf, pertanyaanku mungkin agak OOT.

    Sebagai yang awam sama kesehatan, untuk standar demam kan 37,5 dengan pengukuran di bawah lidah. Nah kalau di ketiak, angka standar demamnya akan sama atau beda?

    1. Sebenarnya beda usia dan beda tempat pengukuran, beda juga standarnya. Tapi umumnya yang dipakai 37,5 derajat celsius.

  5. Pertanyaan aku mungkin agak OOT.

    apakah derajat panas tubuh akan beda kalau diujur di bagian bawah lidah dan di ketiak?

    Misal kalo di bawah lidah, 37,5 derajat itu sudah demam. Sementara kalo di ketiak, 37 koma sekian baru dianggap demam.

    Maafkan ya, aku awam banget soalnya.

    1. Iya kak, berbeda. Ada beberapa literatur menyatakan untuk daerah bawah lidah, suhu normalnya kurang atau sama dengan 37,5 derajat celsius. Untuk pengukuran di bawah ketiak di atas 37,3 derajat celsius sudah dianggap demam.

  6. Artikelnya bermanfaat sekali. Ya, sebaiknya memang kita mencari informasi termasuk terkait DBD ini dari sumber yang jelas dan terpercaya. Cara untuk terhindar dari DBD juga ternyata tidak sulit ya, yang pastinya menghindari masih lebih baik daripada mengobati

  7. Sebenarnya pencegahan DBD ini udah dikampanuekan mulai dari aku kecil dulu. metode 3M itu jelas membantu. Hanya saja masyarakat perlu diingatkan lagi dan lagi utk menghinbari DBD ini.

  8. Balik lagi ke campaign 3M ya un hehe. Selain itu fogging juga membantu banget. Sayang disini foggingnya baru dilakukan pas udah ada yang sakit, padahal setiap mau masuk musim hujan harusnya udah siap2 karena siklus nyamuk kan cepat

  9. Benar juga ya memang menjaga kesehatan selalu bisa menjadi pencegahan. Namun kalau seseorang itu olahraga, istirahat sudah cukup, serta makan dengan baik apakah kalau digigit nyambuk yg membawa virus bisa tetap terkena?

    1. Kalau daya tahan tubuhnya bagus, harusnya virus akan kalah dilawan oleh sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak menimbulkan gejala penyakit.
      Misal, ada 2 orang yang digigit nyamuk yang membawa virus dengue. Bisa jadi satu terinfeksi dan menimbulkan penyakit dan yang satunya tidak. Hal ini berkaitan dengan daya tahan tubuh orang yang digigit nyamuk tersebut.

  10. masa kritis DBD ada di hari ketika suhu tubuh penderitanya menurun. dikira sembuh, hingga lalai untuk terus tingkatkan daya tahan tubuh dg rutin konsumsi obat dan pembunuhan nutrisi

Tinggalkan Balasan ke mutiarasyaflina Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.