Cerita disaat Purnama “Sebuah Makna Dibalik Pembelajaran Hidup “

Sepanjang perjalanan dengan motor malam ini, aku melihat bulan purnama. Bulat, indah, terang….

Aku menghembuskan napas berat…
Lalu mengambil napas panjang kembali setelahnya.

Hari ini, hidupku terasa berat. Beberapa hal berat dan menyedihkan selama menjalani Co-Ass terasa kembali berkumpul dan menggentayangi keseluruhan hariku.

Purnama malam ini, tiba-tiba membuatku mengisi lamunan panjangku.

Bagaimana jika Tuhan disurga sana sedang menatapku, dan berkata

“hai kamu, apakah masalah yang kuberikan padamu akan membuatmu semakin berusaha? Atau malah menyerah?
Akankah membuatmu semakin berjuang? Atau malah menangis di sudut mejamu?
Akankah masalah yang kuberikan padamu, membuatmu semakin belajar? Atau semakin mundur dan jadi penakut?
Akankah membuatmu semakin dekat denganku? Atau malah semakin jauh dariku?”

Aku memejamkan mataku sejenak. Menarik napas panjang dan menghembuskannya beberapa kali.
Kembali ku tatap purnama yang masih utuh bulat, dan bersinar dengan terang saat itu.

Aku merasa bodoh sekali, jika menyerah dengan semua hal yang kulalui.
Masalah-masalah yang datang, harusnya dapat menjadi pembelajaranku untuk semakin memperbaiki diri.
Setiap masalah datang, dan aku akan berusaha mencari jalan keluar dari setiap hal itu.

Melelahkan… Memang…
Tapi itulah cara manusia untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Setiap masalah yang datang, jangan didiamkan. Jangan lari pula dari masalah.
Hadapi…
Pikirkan dengan rasional penyelesaiannya.
Selesaikan.

Anggap saja ini soal kalkulus yang akan selalu ada jawabannya.
Entah bisa cepat diselesaikan, atau harus bersabar mencari penyelesaiannya satu demi satu.

Tuhan masih sayang denganku.

Iya.

Tuhan masih memberiku pembelajaran dalam hidup ini, agar aku dapat menjadi manusia yang lebih baik.
Manusia yang lebih bijak.
Dan manusia yang pantang menyerah.

Aku masih terlalu muda hidup di dunia ini. Dua dasawarsa belum apa apa dibandingkan dengan para tokoh hebat dengan segudang cerita heroik mereka.

Tanpa masalah dan tanpa pembelajaran, aku tidak akan bisa memperbaiki diri, tidak akan bisa upgrade diri.
Yaa…
Aku akan menjadi manusia yang “itu itulah”.

Tidak akan ada yang berbeda dari aku yang kemarin, dengan aku yang sekarang.

Tidak akan ada yang istimewa dari aku di masa depan.

Hidup begitu-begitu aja di zona nyaman bukanlah suatu pencapaian.
Aku tau, Tuhan memberikan ujian, agar aku tidak selalu bermain di zona nyaman. Agar aku tidak melihat dunia layaknya katak dalam tempurung.

Terus belajar memperbaiki kekurangan diri. Bukannya malah bangga dengan kekurangan diri dan memaksa orang lain untuk menerima kekurangan kita.
No!
Itu bukan tipeku untuk meminta orang lain menerima kekuranganku.
Memahami kondisi orang lain itu sah-sah saja. Tapi bukan berarti, kondisi yang tidak baik dibiarkan saja. Perlu yang namanya “perbaikan diri”.

Memang tidak bisa instan, tapi bisa dicoba kan?

Hhh….
Aku kembali menatap purnama, dia masih terlihat bulat utuh dan terang.
Sungguh cantik.
Rasanya tidak ada kepala yang ingin menunduk saat ada godaan kuat untuk menatap bulan purnama malam ini.

Tanpa sadar, perjalananku telah berakhir. Motor yang dinaiki sudah berhenti di depan pagar besi berwarna hitam.

“Jangan lupa bintang limanya ya Mbak”

Aku menyerahkan helm dan tersenyum pada driver itu.

30 menitku yang bermakna. Terima kasih purnama

Satu Komentar Tambahkan milikmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *